Riset Inovatif Pengendalian DBD

2206

Gianyar- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Siswanto melakukan kegiatan supervisi di Puskesmas Tampak Siring II Kabupaten Gianyar dengan meninjau pelaksanaan kegiatan Riset Implementasi Model Juru Pembasmi Jentik (Jurbastik) dalam Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Dalam kesempatan Kepala Balitbangkes mengadakan pertemuan dengan jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gianyar, Dinkes Provinsi Bali, Puskesmas, Camat, dan masyarakat (keluarga) yang menjadi subjek penelitian (11/9/2019). Pertemuan di gelar di Ruang Rapat Puskesmas Tampak Siring II.

Menurut Kepala badan Litbangkes, tugas Badan Litbangkes melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka mendukung dan membantu program. Terkait hal itu, setidaknya dua hal yang dilakukan yaitu pertama melakukan survey-survey nasional sebagai alat untuk memonitor progres dari pembangunan kesehatan. Itulah kemudian dilakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) dan Studi Diet Total (SDT).

Kedua yang tak kalah pentingnya adalah melakukan riset-riset inovatif. Riset inovatif di Badan Litbangkes terbagi dua yaitu yang mendukung program kesehatan masyarakat salah satunya riset Jurbastik ini. Lainnya adalah pengembangan produk. Salah satu yang tengah dikembangkan adalah vaksin dengue bersama dengan PT. Biofarma, kemudian mengembangkan obat dari gambir.

Menurut Siswanto penyebaran virus dengue dapat dilakukan dengan transmisi transovarial yaitu apabila induk nyamuk betina infektif ke generasi berikutnya melalui telur. Kemudian dapat melakukan penularan. “Jarak terbang nyamuk juga tidak jauh hanya maksimal 50-100 meter,” Ujar Siswanto.

Karena hingga saat ini belum ditemukan vaksin dengue, maka WHO dalam pendekatan programnya menggunakan pengendalian vektor terpadu (Integrated Vector Control).  Dalam pendekatan ini utamanya adalah memberantas larva. Oleh karena itu yang benar diperlukan Jurbastik atau Juru pembasmi Jentik dan bukan sekedar memantau.

Cara pembasmian yang betul dilakukan dengan menguras tempat penampungan air dan kemudian disikat supaya telurnya hilang. Bahkan lebih baik sedikit disiram air panas.

Cara lain selain melalui 3M yaitu menutup, menguras, dan mengubur objek-objek yang mendukung siklus hidup nyamuk, sebaiknya sebelum musim hujan, calon kontainer yang bisa menjadi tempat/wadah yang dapat menampung air dan menjadi tempat bersarangnya nyamuk dan jentik dikumpulkan dan dikubur. ‘Kadang kita sering terlambat, baru bergerak setelah ada kasus dengue”, tutur Siswanto.

Cara tambahan adalah pendekatan secara alamiah. Misalnya menanam tanaman yang anti nyamuk seperti bunga lavender atau memakai baju lengan panjang untuk anak sekolah. Walau menurut Kepala Badan Litbangkes cara yang paling efektif adalah memberantas sarang nyamuk.

Kepala Badan Litbangkes mengungkapkan angka bebas jentik sebagaimana yang disarankan WHO adalah 95 persen. Artinya jika ada 100 kontainer yang diperiksa maka yang positif jentik adalah maksimal hanya 5 kontainer. Kepala Badan Litbangkes juga sangat mengapresiasi adanya aplikasi di Kabupaten Gianyar yang dikembangkan dan dipakai untuk memantau jentik. Aplikasi ini diharapkan bisa menjadi model dan digunakan kepala desa atau kepala banjar untuk mengevaluasi warganya yang didalam rumahnya mengandung kontainer yang ada jentik positif dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan di banjar (Fachrudin Ali Ahmad)